Friday, May 25, 2018

Proklamator bukan hanya sekedar Soekarno-Hatta!



Proklamator bukan hanya Soekarno-Hatta!

Seperti halnya kita ketahui bahwa perjuangan para pahlawan pada masa penjajahan sangatlah besar. Bahkan mereka telah rela mengorbankan nyawanya demi memperoleh kemerdekaan Indonesia. Tentunya kita tahu dibalik kemerdekaan yang  diraih Indonesia ada tokoh-tokoh  atau Pahlawan yang memiliki peran besar terhadap kebebasan yang diperoleh Indonesia. Nama tokoh-tokoh yang pertama kali terlintas dalam benak kita mungkin adalah Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta. Mengapa mereka? Karena mereka adalah putra-putra terbaik bangsa yang telah mendarmabaktikan hidupnya untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Selain karena perjuangan mereka yang gigih, terutama dalam menciptakan gagasan yang pada akhirnya menjadi landasan terbentuknya Undang-undang Dasar  1945, namun mereka juga berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tetapi perlu anda ketahui sobat, bahwa tidak hanya mereka saja yang menjadi tokoh proklamasi Indonesia. Karena selain mereka masih banyak lagi yang menjadi tokoh proklmasi Indonesia.

Beberapa tokoh yang tidak sepopuler Bung Karno dan Bung Hatta tetapi memiliki pengaruh besar terhadap persiapan kemerdekaan Indonesia diantaranya  adalah Ahmad Soebardjo dan ibu Fatmawati. Kiranya informasi Ini dapat menambah wawasan sobat yang membacanya dan membantu kita dalam mengingat peran mereka, bahkan belajar dari nilai-nilai perjuangan yang mereka miliki. 

1.     Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
A. Profil dan deskripsi  mengenai tokoh


Lahir
Meninggal
Kebangsaan
Profesi
Agama
Alma mater
Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896
Jakarta, 15 Desember  1978
Indonesia
Diplomat
Islam
Universitas Leiden, Belanda

Achmad Soebardjo lahir dari pasangan Teuku Muhammad Yusuf-Wardinah. Ayahnya masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Kakek Achmad Soebardjo dari pihak ayah adalah Ulee Balang dan ulama di wilayah Lueng Putu, sedangkan Teuku Yusuf adalah pegawai pemerintahan dengan jabatan Mantri Polisi di wilayah Teluk Jambe, Kerawang. Sedangkan Ibu Achmad Soebardjo adalah keturunan Jawa-Bugis, dan merupakan anak dari Camat di daerah Telukagung, Cirebon, Jawa Barat.

           Teuku Abdul Manaf adalah nama yang di berikan ayahnya pada saat awal, sedangkan ibunya memberinya nama Achmad Soebardjo. Nama Djojoadisoerjo ditambahkannya sendiri setelah dewasa, saat ia ditahan di penjara Ponorogo karena "
Peristiwa 3 Juli 1946". Beliau bersekolah di Hogere Burger School, Jakarta, Indonesia. (saat ini setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Kemudian Beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh ijazah Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Sarjana Hukum) di bidang undang-undang pada tahun 1933.

Semasa masih menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui beberapa organisasi seperti Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Pada bulan Februari 1927, ia pun menjadi wakil Indonesia bersama dengan Mohammad Hatta dan para ahli gerakan-gerakan Indonesia pada persidangan antarbangsa "Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di Brussels dan kemudian di Jerman. Pada persidangan pertama itu dihadiri Jawaharlal Nehru, yang merupakan perdana menteri India pada saat itu dan pemimpin-pemimpin nasionalis yang terkenal dari Asia dan Afrika. Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota BPUPKI, dan kemudian PPKI.

Perannya dalam membangun Indonesia merdeka tidak sampai disitu. Konsep naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo di rumah Laksamana Muda Maeda. Setelah selesai dan berargumentasi dengan para pemuda, dini hari 17 Agustus 1945, Bung Karno pun segera memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soebardjo dilantik sebagai Menteri Luar Negeri pada Kabinet Presidensial, kabinet Indonesia yang pertama, dan kembali menjabat menjadi Menteri Luar Negeri sekali lagi pada tahun 1951 - 1952. Selain itu, ia juga menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Switzerland antara tahun-tahun 1957 - 1961. Dalam bidang pendidikan, Soebardjo merupakan profesor dalam bidang Sejarah Perkembagaan dan Diplomasi Republik Indonesia di Fakultas Kesusasteraan, Universitas Indonesia. 

Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo meninggal dunia pada 15 Desember 1978 dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pertamina, Kebayoran Baru, akibat flu yang menimbulkan komplikasi pada dirinya. Beliau dimakamkan di Cipayung, Bogor. Pemerintah mengangkat almarhum sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2009 melalui Keppres No. 58/TK/2009.
 
B.  Peran tokoh dalam kemerdekaan Indonesia
Peran yang spesifik adalah:

1.   Ketika beliau ikut menjadi Panitia Sembilan untuk merumuskan Piagam Jakarta yang menjadi cikal bakal terbentuknya pembukaan UUD 1945.

2.   Beliau juga menjadi penengah antara golongan muda dan golongan tua ketika terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat itu muncul ketika mereka akan menentukan waktu pembacaan Proklamasi.

3.   Bersama Ir Soekarno dan Drs Moh Hatta, beliau juga menyusun teks proklamasi kemerdekaan di rumah LaksamanaMaeda.

4.   Mengisi pemerintahan sebagai posisi menteri pada kabinet Ir. Soekarno

C.  Nilai perjuangan
Semasa kuliah Ahmad soebardjo sudah menunjukkan jiwa nasionalisme. Hal tersebut terlihat dari partisipasinya dalam beberapa organisasi, seperti Jong java, PI dan PNI menjadikanya sebagai tokoh yang sangat pantas diteladani. Ia berperan pula dalam mengakhiri peristiwa Rengasdengklok. Sebab dengan jaminan nyawanya, akhirnya Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga rombongan diperbolehkan kembali ke Jakarta dan melaksanakan perumusan teks proklamasi. Terdapat beberapa nilai yang perlu diteladani dari sosok Ahmad Soebarjo, sebagai berikut:
1. Tanggung jawab
2. Adil dan Bijaksana
3. Semangat Patriotisme/Nasionalisme yang tinggi
4, Rela menolong tanpa pamrih
5. Orang yang sederhana dan tidak sombong
6. Cinta terhadap Tanah Air Indonesia
7. Aktif dalam berbagai bidang

2.   Fatmawati Soekarno
A. Profil dan deskripsi  mengenai tokoh



Lahir
Meninggal
Kebangsaan
Suami
Agama
Pendidikan
5 Februari 1923,Kota Bengkulu, Indonesia
14 Mei 1980, Kuala Lumpur, Malaysia
Indonesia
Ir.Soekarno    (1901-1970)
Islam
HIS di Surabaya, HBS, THS di Bandung

Sebagai putri tunggal keluarga H. Hassan Din dan Siti Chadidjah. Masa kecil Fatmawati penuh tantangan dan kesulitan, akibat sistem kolonialisme yang dijalankan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Ayahandanya, Hassan Din semula adalah pegawai perusahaan Belanda, Bersomij di Bengkulu. Tetapi karena tidak mau meninggalkan kegiatannya sebagai anggota Muhammadiyah, ia kemudian keluar dari perusahaan itu. Setelah itu, Hassan Din sering berganti usaha dan berpindah ke sejumlah kota di kawasan Sumatera Bagian Selatan.

Pada tahun 1943 Bung Karno menikahi Fatmawati, dan oleh karena Fatmawati masih berada di Bengkulu, sementara Bung Karno sibuk dengan kegiatannya di Jakarta sebagai pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Fatmawati, usianya baru 19 tahun ketika disunting Bung Karno yang waktu itu 41 tahun. Pernikahan itu dilakukan dengan wakil salah seorang kerabat Bung Karno, Opseter Sardjono. Pada 1 Juni 1943, Fatmawati dengan diantar orang tuanya berangkat ke Jakarta melalaui jalan darat. Sejak saat itu Fatmawati mendampingi Bung Karno dalam perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia.

           Mesin jahit singer produksi tahun 1941 dengan kursi merupakan alat yang digunakan Beliau pada saat itu untuk menyatukan dua helai kain merah dan putih menjadi  sebuah bendera pusaka. Dengan kondisi  yang sedang mengandung anak pertama, ibu Fatmawati tetap terlihat semangat menjahit bendera pusaka  dengan ukuran 2 X 3 meter tersebut. Dan pada  saatnya, yaitu ketika  dibacakannya teks proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, bendera pusaka dengan gagahnya berkibar  di hadapan seluruh peserta  upacara yang hadir pada saat itu di kediaman Ir.Soekarno.

Wanita hebat pendamping Bung Karno ini adalah ibu dari presiden Ke -5  Indonesia. Perjalanan sepasang merpati penuh cinta ini, akhirnya dikaruniai lima orang putra-putri: Guntur, Mega, Rachma, Sukma, dan Guruh. Belum lama mereka mengarungi bahtera rumah tangga, Sukarno tak kuasa menahan gejolak cintanya kepada wanita lain bernama Hartini. Inilah salah satu pangkal sebab terjadinya perpisahan yang dramatis antara Sukarno dan Fatmawati.

B.  Peran tokoh dalam kemerdekaan Indonesia
Peran Fatmawati dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu sebelum merdeka dan masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
1.     Sebelum Fatmawati menikah dengan Soekarno, Fatmawati ikut ibunya tergabung dalam organisasi Muhammadiyah.
2.     Sedangkan setelah Beliau menikah dengan Soekarno, Beliau menjadi tombak di garis belakang, membantu para gerilyawan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian saat berada di lapangan.
3.     Beliau juga  sebagai ibu negara, selalu mendampingi Ir.Soekarno sebagi pemimpin negara Republik Indonesia saat itu.
4.    Serta ibu fatmawati juga yang telah menjahit bendera pusaka merah putih pada saat menjelang dibacakannya teks proklamasi yang bertempatkan di rumah Ir.Soekarno pada saat  itu.

C.  Nilai perjuangan
Bersekolah sambil berjualan untuk membantu meringankan beban orang tuanya, menunggu warung  merupakan bukti diri akan semangat kemandirian serta rasa percaya diri yang matang, dan untuk ukuran usia yang baru menginjak tujuh tahun itu sangat mengagumkan. Antara masa sekolah dan masa perjuangan seringkali begitu akrab bergumul dalam entitas waktu. Oleh karenanya, tidaklah menyurutkan semangat bagi seorang Fatmawati ketika harus berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari rumah yang satu ke rumah yang lain, dari satu sekolah ke sekolah yang lain, mengikuti gerak langkah perjuangan ayahnya selaku pucuk pimpinan perserikatan Muhammadiyah di Bengkulu. Sebaliknya, pengalaman-pengalaman tersebut justru semakin menempa mentalitas kejuangannya.
Di tengah gejolaknya api revolusi, menjelang kemerdekaan (15 Agustus 1945), sekelompok pemuda pejuang bangsa yang tergabung dalam barisan PETA, telah memaksa Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera meninggalkan kota Jakarta menuju ke Rengasdengklok. Dan dalam situasi yang kritis itu, Ibu Fatmawati dengan semangat reflektif, sambil menggendong anak pertamanya Moh.Guntur yang masih bayi, segera mengayunkan langkah juangnya mengikuti kedua tokoh pejuang bangsa bersama beberapa anggota PETA menuju Rengasdengklok.

Refleksi penulis mengenai penjabaran diatas
            Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya, seperti kata Bung Karno “Negara yang besar adalah yang tidak melupakan Jas Merah” Artinya tidak akan melupakan sejarah suatu bangsa tersebut. Para pahlawan rela mengorbankan hidupnya demi menjaga dan mempertahankan negara Indonesia. Tanpa jasa mereka, kita tidak bisa menjadi bangsa dan negara Indonesia seperti sekarang. Sebagai pemuda yang menentukan masa depan negara (Generasi Bangsa) kita harus mampu mengenang dan menghargai perjuangan, pengorbanan para pahlawan dan pemimpin bangsa yang menjadi simbol negara Indonesia. Dengan melakukan kegiatan positif seperti belajar secara serius dalam keseharian sebagai pemuda sudah menunjukkan bahwa kita sebagai pemuda menghargai para pahlawan. Itulah sebabnya, sejarah bangsa ini telah mendokumentasikan bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah merupakan hadiah dari bangsa lain, melainkan diperoleh dari perjuangan serta pengorbanan pejuang Indonesia.

Semua terbukti dengan adanya peringatan hari pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November. Hal tersebut akan selalu mengingatkan warga Indonesia terutama generasi muda Indonesia untuk selalu mengingat jasa para pahlawan. Dengan menciptakan rasa damai, persatuan dan kesatuan ditengah perbedaan yang dimiliki Indonesia merupakan tugas generasi muda Indonesia. Karena seperti halnya kita ketahui banyak pemuda Indonesia yang tidak menunjukkan jiwa perjuangannya di era sekarang ini melalui pendidikan maupun pekerjaan yang ditekuninya. Ingatlah selalu bahwa “memperoleh kemerdekaan tidak semudah mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh dan diterima hingga sekarang”.

Sumber

4 Comments:

At May 28, 2018 at 1:19 PM , Blogger Winata said...

good job dion:)

 
At May 28, 2018 at 1:57 PM , Blogger Yehezkiel Yogi Saputra said...

menurut saya artikel yang di berikan sangat menarik dan memberikan saya informasi yang baru terkhususnya tentang ibu fatmawati yang saya sendiri belum terlalu banyak mengetahui informasi tentang ibu fatmawati, karena pengorbanan ibu fatmawati kita bisa mengibarkan lambang neraga dan berkat keterampilan tangan lambang negara dapat dijahit dan dapat kita kenang hingga sekarang, selain itu sikap nasionalisme yang di tunjukan oleh Ahmad Soebarjo yang mau mempertaruhkan nyawanya demi berlangsungnya proklamsi kemerdekaan indonesia, sikap nasionalisme ini yang jaman sekarang tidak banyak dicontoh oleh pemuda bangsa kita, pemuda bangsa kita lebih mencintai hal-hal yang berasal dari negara lain tidak mencintai negara sikap ini dapat dilihat dari aksi tawuran yang dapat menimbulkan perpecahan, ormas-ormas yang ingin mengubah ideologi bangsa yang dulu di perjuangan kan para pahlawan dan mereka tidak menghargai perjuangan tersebut, mereka hanya mementingkan kepentingan bangsa melainkan kepentingan golongan hal ini menunjukan tidak cinta tanah air....hehe udh itu aja jangan kepanjangan..

 
At May 28, 2018 at 5:05 PM , Blogger Winata said...

Thanks:)

 
At May 29, 2018 at 4:44 PM , Blogger Unknown said...

Terima kasih Dion untuk usaha maksimalnya dalam menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga Yogi untuk komentar dan tanggapan yang sangat baik dan membangun. Semoga tulisan ini dapat menjadi pembelajaran yang berguna bagi pembaca khususnya pemuda-pemuda Indonesia. Semoga dengan mengetahui lebih banyak tokoh-tokoh proklamator bangsa kita selain Soekarno-Hatta, memotivasi kita semua untuk mencari tahu lebih banyak dan belajar lebih banyak dari nilai perjuangan masing-masing tokoh, sehingga kita dapa melihat bahwa kemerdekaan Indonesia adalah sumbangsih tokoh-tokoh dari berbagai gender, suku, agama, ras, dan golongan. Biarlah menjadi teladan bagi kita untuk terus mempertahankan integrasi bangsa. Semoga terus berproses menjaid pribadi yang berkualitas dan memebrkati ya nak..

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home